Anak Indonesia Tersenyum

Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mencintai anak-anaknya. Karena anak adalah pemimpin masa depan. ”Bagaimana kalau masa lalu mereka penuh dengan kekerasan?” ujar Seto Mulyadi, gundah. Belum semua anak Indonesia mengecap kebahagiaan hidup yang ideal. Kendati pemerintah sudah meratifikasi konvensi internasional tentang anak, namun belum ada political will yang cukup. Anak, lagi-lagi, menjadi perhatian nomor ke sekian bangsa ini. Lempar tanggung jawab masalah anak pun kerap terjadi.Pada pemilu sebelumnya tidak tampak calon presiden yang peduli masalah anak.

Pria kelahiran 28 Agustus 1951 yang sedang mengumpulkan cum untuk meraih gelar guru besar ini juga belum melihat kepedulian dari para calon pemimpin yang sudah ramai beriklan untuk Pemilu dan Pilpres 2009.Usulnya kepada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk membuat gerakan nasional yang bertema ‘stop kekerasan pada anak’, tak digubris.

Penciptaan kota yang ramah anak saja masih jauh dari impian. Padahal, anak bukan tanggung jawab orangtua semata.Di tahun yang baru ini, Seto berharap anak-anak Indonesia bisa terbebas dari pelanggaran atas hak-haknya. Ketimbang menunggu respons pemerintah, ia bersama Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) memilih berjalan sendiri mencoba melindungi hak anak Indonesia.Republika memberi penghargaan kepada Seto, sebagai salah satu Tokoh Perubahan 2008.

Ia bukan saja berjiwa kebapakan, selalu bersikap hangat, dan ramah di hadapan publik. Bagi istrinya, Deviana, serta empat buah hatinya Eka Putri Duta Sari, Bimo Dwi Putro Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari Seto adalah suami dan ayah yang ‘ideal’.Di tengah curahan perhatiannya terhadap anak Indonesia dan keluarganya, Seto meluangkan waktu untuk sebuah wawancara khusus dengan wartawan Republika, Indira Rezkisari, dan fotografer Amin Madani. Berikut cuplikannya:Adakalanya Anda berada di tengah keluarga selebritis yang tengah bertikai memperebutkan hak asuh anak. Kenapa itu Anda lakukan?

Saya bisa terlibat karena sebagian besar dari mereka meminta pertolongan saya. Misalnya, Zarima (mantan terpidana kasus narkoba berjuluk Ratu ekstasi, yang memperebutkan anak dengan pengacara, Ferry Juan, red), lalu Ahmad Dhani dan Maia Estianty, Tamara Bleszinsky dan Rafly Pasha, juga cucu Pangky Suwito. Di sini saya banyak membujuk para ayah.Tapi kasus yang melibatkan seleb hanya lima persen dari total kasus.

Ada ribuan kasus lainnya yang tidak terekspos. Mulai dari pengusaha hingga mantan pejabat. Kalangan intelektual lah. Dan, umumnya semua kasus itu bisa saya selesaikan secara kekeluargaan.Apa jurus pendekatan yang Anda lakukan?Dalam konflik yang melibatkan anak, saya memilih menggunakan cara kekeluargaan saja. Jangan memakai cara hukum.Tapi kehadiran Anda sepertinya punya nilai spesial?Hampir semua orang sudah mengenal sosok saya dari kecil. Namun, saya tetap merendah, bersikap sopan, dan menghargai mereka. Setelah disentuh dengan perilaku yang baik, pada umumnya, mereka mau mendengarkan pendapat.
 
Template Modify by
Creating Website

Proudly powered by
Blogger