Menjadikan Agama Alternatif Bagi Pemberantasan AIDS


Dewasa ini, berbagai pihak, mulai kalangan LSM, pemerintah, hingga masyarakat umum, menghadapi tantangan penyebaran virus HIV yang dinilai demikian pesat penyebarannya. Virus mematikan yang menyebabkan penyakit Aids yang hingga hari ini belum diketemukan obatnya itu, menjadi perhatian khusus para pemuka agama, beberapa waktu lalu dalam sebuah forum yang diselenggarakan badan PBB khusus urusan Aids (UNAIDS), di London, Inggris. Forum yang bertajuk

Konsultasi Tingkat Tinggi Tokoh Agama, “Lifting The Veil: Islam, Christianity and Challenges of Aids” menghadirkan para pemuka kedua agama dari Afrika, Asia, dan Pasifik, serta Eropa, pada 28-30 Maret, di istana Winsort, Castle, kediaman resmi Ratu Elizabeth. Dilihat dari tempat penyelenggaraannya, menunjukkan bahwa Ratu Elizabeth memiliki perhatian yang besar terhadap penyakit mematikan tersebut.

Tampaknya, berkembangbiaknya penyakit Aids ini tidak lepas dari dampak globalisasi yang meniscayakan pertukaran budaya secara bebas, bahkan tanpa nilai sekalipun. Atas nama hak asasi manusia, orang dengan leluasa melakukan hubungan seks bebas. Di beberapa negara bahkan, perilaku semacam itu dilegalkan. Di sinilah agama dituntut untuk dapat memberikan kontribusinya bagi pemecahan jalan keluar pemberantasan masalah Aids. Tidak berlebihan bila forum tersebut dipandang penting. Setidaknya, seperti diungkapkan Prof Majidi, pengajar di Harvard University, Amerika, bahwa agama, melalui para tokohnya, dapat menjadi jembatan alternatif bagi upaya pemecahan secara moderat bagi masalah Aids. “Keprihatinan kita semua adalah, bagaimana penyakit itu demikian pesat menular, sementara pencegahannya sangatlah lambat. Karena itu, agama mestilah lebih dilibatkan lagi dalam proses pemberantasan tersebut,” ujarnya.

Pakar studi Islam asal Uganda itu menjelaskan, pemberdayaan agama, selain melalui para tokohnya, juga dapat dilakukan melalui masjid-masjid dan majelis taklim. Kedua tempat itu, katanya, potensial bagi sosialisasi tentang bahaya yang ditimbulkan dari seks bebas, yakni penyakit Aids. Sementara itu, Prof Yusuf Akbar, intelektual asal Pakistan yang mengajar di salah satu universitas di Inggris mengatakan, bila orang melaksanakan ketentuan agama dengan baik dan benar, dapat mencegah dari penyakit Aids. “Semua agama memiliki komitmen yang sama dalam mencegah penyakit Aids. Tapi, terpulang kepada umatnya. Kalau pengamalan ajaran agama benar dan konsisten, maka tidak akan terjadi hubungan seks bebas, terlebih lagi munculnya Aids,” papar Akbar.

Karena itulah, tambah Akbar, kerjasama antartokoh agama di dunia mutlak diperlukan untuk membantu mempercepat pencegahan, bahkan kalau bisa, pemberantasan secara total penyakit Aids. “Ini harus menjadi proyek bersama yang membutuhkan komitmen kebersamaan pula. Semua pihak harus mendukung upaya tersebut,” paparnya. Keprihatinan mendalam atas makin berkembangnya penyakit Aids dewasa ini juga menjadi sorotan intelektual dan tokoh Muhammadiyah KH Dr dr Tarmizi Taher, yang menjadi wakil Asia Tenggara dalam forum tersebut. Bagi rektor Universitas Islam Azzahra, Jakarta dan Ketua Dewan Direktur CMM ini, kalau ingin kampanye pemberantasan Aids berhasil dengan baik, maka para ulama dan tokoh agama harus diberi tempat dan dilibatkan secara maksimal.

Hanya agama yang menyediakan perangkat nilai-nilai pencegahan, seperti perangkat amar makruf nahi munkar. Di agama lain juga sama, ajaran kemanusiaannya selaras. Jadi tak ada alasan untuk tidak melibatkan peran agama di dalamnya,” jelas mantan menteri agama tersebut. Tarmizi, yang juga mengelola sebuah LSM bergerak di bidang pemberantasan Aids di Indonesia menyebutkan, saat ini upaya pemberantasan penyakit tersebut cukup menunjukkan peningkatan. Meski diakuinya belum menunjukkan hasil yang optimal, namun upaya tersebut patut dihargai. Ia memberikan contoh kiprah UNAIDS yang mulai banyak melibatkan tokoh agama. Hal ini dinilainya cukup positif, terutama bagi pemberdayaan yang lebih besar lagi masyarakat dalam kampanye pemberantasan Aids, yang dinilai banyak kalangan, bakal menjadi tantangan terbesar di masa mendatang.
 
Template Modify by
Creating Website

Proudly powered by
Blogger